Belajar Kimia Menyenangkan

Siapa Bialang Belajar Kimia itu Sulit, Mari Kita Belajar Bersama

Kimia Dalam Kehidupan

Ilmu KImia itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sagusablog

Ikuti Pelatihan Sagusablog dari Ikatan Guru Indonesia

Selasa, 24 Oktober 2023

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4

KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI LANGKAH AWAL

BUDAYA POSITIF DI SMAN 3 SAMPANG

Oleh :

Sri Oktafia Setyaningsih, S.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 9 SMAN 3 Sampang – Jawa Timur

 

A.      LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi di abad 21 ini dapat menyebarkan dengan cepat budaya asing ke negara kita. Kondisi ini berpegaruh pada karakter generasi masa depan anak didik kita, fenomena krisis karakter sangat memprihatinkan. Generasi muda saat ini kurang mampu menyaring dan mengkaji apakah tren budaya asing tersebut sesuai dengan budaya kita. Karakter anak didik kita saat ini baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar sudah jauh dari nilai-nilai kebajikan yang diharapkan. Padahal sekolah sudah menerapkan budaya positif namun belum maksimal dan masih perlu dibenahi karena tidak sesuai dengan kebutuhan murid pada umumnya. Budaya positif di sekolah adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaankebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan pembentukan karakter pada anak. Guru sebagai pendidik memiliki peranan penting dalam merancang sebuah strategi yang efektif dan berpihak pada murid untuk menentukan tujuan pendidikan agar murid tidak salah arah. Penerapan budaya positif disekolah merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan budaya positif ini tidak bisa dilakukan tanpa dukungan dari semua unsur disekolah. Dengan penerapan budaya positif ini diharapkan dapat mewujudkan visi sekolah dan membentuk karakter murid dalam mengimplementasikan nilainilai Profil Pelajar Pancasila. Harapannya sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi murid. Hal ini sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu pembelajaran di sekolah harus dapat membawa murid memperoleh kebahagiaan setinggi-tingginya melalui merdeka belajar. Budaya positif di sekolah dapat dibangun dengan membentuk keyakinan kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Dengan adanya keyakinan kelas yang disusun bersama antara guru dan murid, maka semua akan bertanggung jawab untuk menjalankan sebagai langkah awal membangun budaya positif di sekolah. Selain itu penerapan segitiga restitusi dalam mengatasi permasalahan dapat membimbing murid menjalankan budaya positif.

 

B.       TUJUAN

Tujuan kegiatan aksi nyata ini adalah:

1.      Menumbuhkan budaya positif dengan menanamkan nilai kebajikan dan keyakinan kelas yang sudah di buat

2.      Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri murid untuk mengemukakan pendapat mengenai gambaran kelas yang diinginkan

3.      Menumbuhkan motivasi intrinsik pada murid

4.      Meningkatkan rasa tanggung jawab, disiplin, dan kemandirian pada murid

5.      Menciptakan proses belajar mengajar yang aman dan nyaman

 

C.      TOLAK UKUR

Tolak ukur kegiatan aksi nyata ini adalah:

1.      Tersusunnya kesepakatan dan keyakinan kelas sesuai dengan nilai Profil Pelajar Pancasila

2.      Guru dan murid saling peduli dan saling menghormati

3.      Guru dan murid semangat melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar

4.      Guru dan murid mampu melaksanakan budaya positif (keyakinan kelas dan segitiga restitusi) secara konsisten

5.      Guru dan murid mampu menjalankan kesepakatan yang telah dibuat dengan penuh tanggung jawab

 

D.      LINIMASI TINDAKAN

Liminasi tindakan kegiatan aksi nyata ini adalah :

1.        Berkonsultasi dan mengajukan gagasan ide kepada kepala sekolah

2.         Berdiskusi mengenai langkah konkrit yang akan dilakukan

3.         Mendesain kesepakatan kelas bersama murid

4.   Tahap aksi meliputi melakukan aksi nyata terhadap murid dengan memfasilitasi untuk membuat kesepakatan kelas

5.       Kesepakatan kelas yang telah disepakati selanjutnya ditandatangani seluruh warga kelas dan dipasang di dinding kelas untuk ditaati

6.       Menerapkan keyakinan dan restitusi secara berkelanjutan dan konsisten

7.        Mengatur jadwal untuk melakukan desiminasi kepada semua warga sekolah

8.       Menyiapkan bahan presentasi yang berisi Konsep materi Budaya Positif yang terdiri dari Disiplin positif dan nilai2 kebajikan universal; Teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi; Keyakinan kelas; Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas; Lima posisi kontrol; Segitiga restitusi

9.      Melakukan desiminasi kepada rekan sejawat tentang Budaya Positif, keyakinan kelas yang telah di susun oleh murid di kelas dan implementasi segitiga restitusi saat menyelesaikan masalah

10.   Melakukan refleksi dan rencana perbaikan untuk implementasi ke depan

 

E.       DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

        Dalam melaksanakan kegiatan aksi nyata ini perlu dukukangan dari :

1.        Orang tua murid sebagai lingkungan pertama untuk menerapkan budaya positif di rumah

2.    Warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, pemdidik dan tenaga kependidika sebagai teladan dalam menerapkan budaya posistif secara konsisten di lingkungan sekolah

3.        Sarana dan prasarana yang mendukung untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah

4.   Komite sekolah dan masyarakat sekitar sekolah sebagai kontrol untuk menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah

 

F.       DESKRIPSI AKSI NYATA

Aksi nyata budaya positif modul 1.4 ini merupakan kegiatan paling banyak dibanding modul sebelumnya. Untuk mensukseskan aksi nyata ini saya berkonsultasi dan mengajukan gagasan ide kepada kepala sekolah tentang rencana Diseminasi Budaya Positif kepada semua warga di SMAN 3 Sampang. Selanjutnya saya menyiapkan bahan presentasi yang berisi Konsep materi Budaya Positif yang terdiri dari Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal; Teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi; Keyakinan kelas; Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas; Lima posisi kontrol; Segitiga restitusi dalam bentuk power point. Saya juga melakukan koordinasi dengan tim terkait sarana prasarana, konsumsi, dan administrasi lainnya. Sasaran Diseminasi Budaya Positif ini adalah Bapak Ibu Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMAN 3 Sampang.

Kegiatan Diseminasi Budaya Positif dilaksanakan pada hari Senin, 16 Oktober 2023 yang dihadiri oleh kepala sekolah, 30 orang pendidik dan 3 orang tenaga kependidikan. Kepala sekolah menyampaikan bahwa Diseminasi Budaya Positif merupakan kegiatan berbagi praktik baik yang dilakukan oleh CGP SMAN 3 Sampang angkatan 9 dan penting untuk diimplementasikan secara bersama-sama dalam rangka mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman bagi murid. Kepala Sekolah juga menyampaikan bahwa siap mendukung dan memfasilitasi semua kegiatan yang berkenaan dengan pengembangan pembelajaran menjadi lebih baik. Selama kegiatan diseminasi peserta sangat bersemangat dan antusias saat menyimak materi serta berperan aktif dalam mengikuti kegiatan hingga akhir sesi.

Rangkaian kegiatan Aksi Nyata dalam Diseminasi Budaya Positif yang saya dilakukan menghasilkan pemahaman dari pendidik dan tenaga kependidikan mengenai implementasi Budaya Positif di sekolah, khususnya dalam penyusunan keyakinan kelas dan restitusi. Saya berbagi praktik baik tentang implementasi penyusunan keyakian kelas dan penyelesaian masalah menggunakan segitiga restitusi. Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Dalam mewujudkan prilaku warga sekolah yang memiliki budaya positif. Hal pertama yang perlu diciptakan dan disepakati adalah membuat keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati Bersama. Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja? Jawabannya adalah suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu yang membuat ketidaknyamanan dan keterpaksaan.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Adapun langkah-langkah dalam menerapkan segitiga restitusi adalah (1) Menstabilkan identitas, (2) Validasi tindakan yang salah, dan (3) Menanyakan keyakinan. Dengan penerapan segitiga restitusi diharapkan mampu meningkatkan motivasi murid untuk lebih baik sepanjang hidupnya dan motivasi tersebut muncul dari dalam diri sendiri bukan karena faktor takut mapun mengharapkan imbalan. Semua hal ini dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan serta berpihak pada murid.

Hal yang saya dapat dari kegiatan Diseminasi Budaya Positif adalah kolaborasi. Saya melakukukan kerjasama dengan tim sarana dan prasarana, humas serta kesiswaan sekolah untuk berkolaborasi agar dapat melaksanakan kegiatan Diseminasi ini. Harapannya ke depan kolaborasi dengan semua stakeholder sekolah ini akan terus dilakukan dalam hal implementasi Budaya Positif di SMAN 3 Sampang. Seluruh warga sekolah harus terus berkolaborasi untuk mewujudkan Visi dan Misi sebagai prakarsa perubahan dalam menguatkan karakter positif dan mencetak generasi yang berjiwa Profil Pelajar Pancasila. Perasaan saya setelah melakukan aksi nyata ini adalah senang dan sangat bersemangat dalam melakukan perubahan di SMAN 3 Sampang. Perubahan dalam hal penerapan konsep inti budaya positif yang melibatkan semua warga sekolah.

 

G.      RENCANA PERBAIKAN

Rencana saya ke depan akan terus berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid demi dapat “menuntun” anak agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Besar harapan saya akan terus adanya perbaikan dalam mengimplementasikan Budaya Positif di SMAN 3 Sampang. Hal penting dari segi rencana perbaikan adalah terus melakukan evaluasi secara berkala, meningkatkan koordinasi dengan semua pihak di lingkungan sekolah, melibatkan orang tua dan masyarakat sekitar sekolah untuk menciptakan budaya positif, menganalisis kebermanfaatan hasil diseminasi terhadap murid dan lingkungan belajar. Selain itu saya sebagai pendidik juga akan terus belajar sepanjang hayat salah satunya dengan mengikuti pelatihan belajar mandiri dari berbagai sumber terkait pengembangan pembelajaran yang berpihak pada murid.


 

H.      DOKUMENTASI AKSI NYATA

a.      Membuat Keyakinan Kelas




b.      Diseminasi Budaya Positif di SMAN 3 Sampang


c.       HASIL KEYAKINAN KELAS

1.      SEMANGAT BELAJAR (aktif dalam mengikuti pelajaran)


2.      SALING MENGHORMATI (hormat kepada guru dan orang tua)


3.      MENJAGA KEBERSIHAN (menjaga kebersihan kelas dan sekolah)


4.      KERJASAMA  (belajar bersama dalam kelompok)


5.      BERDOA SEBELUM DAN SESUDAH PELAJARAN


6.      TERTIB (berpakaian rapai sesuai ketentuan)

7.      DISIPLIN (datang ke sekolah tepat waktu)






ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

  ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4 KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI LANGKAH AWAL BUDAYA POSITIF DI SMAN 3 SAMPANG Oleh : Sri Oktafia Setyaningsi...